indoposnews.id – Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama perusahaan BUMN dan perusahaan swasta, sepakat untuk meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Seperti panas bumi atau geothermal. Yang pemanfaatannya untuk kelistrikan baru sekitar 8,9 persen dari potensi atau sumber daya panas bumi yang dimiliki Indonesia.
Dukungan untuk memanfaatkan EBT panas bumi, mengemuka dalam webinar Ruang Energi bertajuk Sinergi Mendukung Percepatan Pengembangan Panas Bumi, Kamis (6/5/2021).
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, dalam sambutannya di acara Webinar yang dibacakan Direktur Panas Bumi, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Haris Yahya mengatakan pengembangan energi panas bumi akan memberikan dampak luas bagi perekonomian.
“Selain meningkatkan investasi dalam negeri. Pengembangan ini akan memberikan kontribusi yang luar biasa,” ujarnya.
Namun begitu untuk mengembangkan panas bumi, dibutuhkan investasi yang cukup besar.
Menurut Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Haris Yahya, untuk mengembangkan panas bumi per satu megawatt dibutuhkan investasi sekira USD4,7 juta. Besaran tersebut setara dengan Rp68,62 miliar.
“Kalau kita catat kurang lebih USD4,7 juta setiap MW,” ujar Haris.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE), Ahmad Yuniarto, mengatakan pihaknya akan terus mendorong dan meningkatkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia.
Sementara itu, Riki Ibrahim, Direktur Utama PT Geo Dipa mengatakan, pihaknya akan terus melakukan berbagai terobosan untuk pengembangan panas bumi.
“Seperti menjalin kemitraan dan sinergi BUMN. Melakukan joint study dan model finansial bersama dengan off-taker (PLN) dan melakukan open-book mechanism dengan off-taker (PLN),” ujarnya. (dri)