- Advertisement -spot_img
BerandaNASIONALKeunggulan Bahan Bakar Berbasis Thorium pada Reaktor Nuklir

Keunggulan Bahan Bakar Berbasis Thorium pada Reaktor Nuklir

- Advertisement -spot_img

foto:brin

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan penelitian dan pengembangan untuk melihat kelebihan thorium, dibandingkan bahan bakar konvensional lainnya pada reaktor nuklir yang beroperasi saat ini.

Peneliti Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) BRIN Nuri Trianti menyampaikan siklus bahan bakar berbasis thorium, potensi keunggulan, tantangan, dan reaktor yang prospektif untuk menggunakan bahan bakar berbasis thorium.

Ia menyampaikan itu saat diundang sebagai pembicara, dalam International Atomic Energy Agency Scientific Forum, dengan tema “Nuclear Innovation for Net Zero”, di Vienna International Centre (VIC), Wina, Austria, Selasa-Rabu 26-27 September 2023 lalu.

“Potensi tersebut di antaranya, thorium diyakini memiliki cadangan di alam sekitar tiga kali lebih banyak dari uranium, memiliki sifat termofisika yang menguntungkan, keunggulan sifat neutronik yaitu memiliki kemampuan absorpsi neutron termal sekitar tiga kali lipat dibandingkan uranium, dan thorium juga secara umum dinilai memiliki resistansi proliferasi yang lebih baik,” kata Nuri Trianti dalam keterangnya.

Nuri yang telah melakukan penelitian terkait pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar dalam desain reaktor daya nuklir sejak 2010.

Ia menjelaskan, selain kelebihan tersebut, ada beberapa tantangan. Baik di sisi hulu maupun hilir dalam pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar reaktor daya nuklir.

Beberapa tantangan pemanfaatan thorium dalam skala yang lebih masif adalah masih kurangnya infrastruktur untuk pengembangan dan penilaian performa sistem reaktor dan siklus bahan bakar thorium. Dibandingkan infrastruktur bahan bakar yang ada saat ini. Selain itu, operasional bahan bakar thorium masih terbatas.

“Dari sudut pandang ekonomi, thorium masih memiliki biaya yang tinggi karena permintaan terhadap mineral thorium sebagai produk utama masih rendah.Untuk meningkatkan pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar, siklus bahan bakar perlu sepenuhnya dipenuhi mulai dari esktraksi mineral, fabrikasi pellet atau microspheres, sistem keselamatan, dan manajemen limbah,” kata Nuri.

Sebagai bentuk inovasi rendah karbon, dia menyebutkan teknologi reaktor generasi baru yang dinilai sesuai untuk bahan bakar berbasis thorium adalah Molten Salt Reactor (MSR) dan reaktor berukuran kecil dan modular – dikenal dengan Small Modular Reactor (SMR).

“SMR memiliki karakteristik mengalami poisoned pada siklus awal bahan bakar (begining of cycle), sehingga thorium dapat dimanfaatkan sebagai penyerap pada siklus awal dan juga digunakan sebagai material fertile selama siklus berlangsung,” paparnya.

Senada dengan Nuri, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Rohadi Awaludin mengatakan, melalui forum ini, Indonesia breperan dalam mencegah perubahan iklim.

“Pada forum ini, para pakar dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, menyoroti peran dari reaktor nuklir yang mutakhir dengan teknologi rendah karbon untuk mitigasi perubahan iklim dunia,” kata dia.

Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Teknologi rendah karbon termasuk energi nuklir dan energi terbarukan mengambil peran dalam transisi menuju masa depan yang netral karbon.

Demi mewujudkannya, dibutuhkan inovasi teknologi baru yang memberikan kontribusi penuh terhadap dekarbonisasi sistem energi dunia

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Harus Baca
- Advertisement -spot_img
Artikel terkait
- Advertisement -spot_img